Upaya terus menerus yang dilakukan oleh badan-badan intelijen asing dan organisasi teroris global untuk menabur disinformasi di Amerika Serikat (AS) tampaknya berhasil, dan hal tersebut kini memicu kekhawatiran baru akan terjadinya serangan teroris dalam beberapa minggu mendatang, demikian pernyataan seorang pejabat senior Departemen Keamanan Dalam Negeri.
Peringatan itu – meskipun sebagian besar konsisten dengan isi dari buletin anti-terorisme terbaru yang dikeluarkan departemen itu November lalu – disampaikan ketika Amerika bersiap menyambut libur Natal dan perayaan Tahun Baru, bersamaan dengan peringatan satu tahun penyerbuan Gedung Kongres AS pada 6 Januari.
BACA JUGA: Kudeta dan Konflik: 2021 Jadi Tahun Sibuk bagi Menteri Luar Negeri AS Blinken“Ancamannya lebih fluktuatif,” ujar John Cohen, pejabat paling senior di Kantor Intelijen dan Analisis di Departemen Keamanan Dalam Negeri dalam sebuah forum yang berlangsung pada Rabu (15/12).
“Kita telah mencapai kemajuan. Kita akan terus membuat kemajuan, dari hari ke hari,” ujar Cohen. “Tapi kita masih punya cara-cara lain yang dapat dilakukan.”
Buletin anti-terorisme pada November lalu memperingatkan bahwa Amerika menghadapi “ancaman signifikan” dari ekstremis di dalam negeri pada akhir tahun 2021 ini dan berlanjut hingga ke awal tahun 2022.
Tetapi Cohen mengatakan pada forum yang diselenggarakan oleh The George Washington University Program on Extremism itu, risiko menjadi lebih tidak terduga karena “tingkat aktivitas yang signifikan oleh organisasi intelijen asing,” di mana banyak yang tertarik dengan kampanye disinformasi yang berlangsung tanpa henti, yang digambarkannya sebagai sangat gigih dan sangat canggih.
“Dalam perspektif saya, apa yang membuat lingkungan lebih bergejolak adalah narasi yang dipromosikan oleh aktor-aktor ancaman ini, yang dengan cepat menemukan cara ke dalam ekosistem media arus utama di mana mereka diperkuat oleh tokoh masyarakat adat, media dan pemerintah,” ujarnya.
"Tujuan mereka mungkin berbasis politik atau pemeringkatan," ujar Cohen. "Tetapi di situasi ancaman saat ini, semakin luas narasi ini dibagikan dan disebarluaskan, semakin tinggi informasi itu dikonsumsi oleh individu yang akan menggunakannya sebagai pembenaran untuk melakukan tindak kekerasan.”
BACA JUGA: AS Hadapi Ancaman Keamanan Tinggi Menjelang Liburan Akhir TahunIni bukan pertama kalinya Cohen memperingatkan tentang bahaya disinformasi oleh badan intelijen asing dan kelompok-kelompok teror. Dan Cohen bukan satu-satunya yang menyampaikan peringatan itu.
Menteri Keamanan Dalam Negeri Alejandro Mayorkas pada Selasa (14/12) memperingatkan konsekuensi “serius dan signifikan” dari penyebarkan disinformasi.
“Narasi-narasi yang salah menjadi ancaman bagi keamanan kita,” ujar Mayorkas di Forum Teknologi Bloomberg. “Kami ingin agar para pemimpin kami meningkatkan kinerja dan melawan hal itu karena kata-kata para pemimpin sangat berarti. Mereka sangat berpengaruh dalam wacana yang beredar di antara masyarakat.” [em/rs]